Lompat ke isi

Kota Singkawang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kota Singkawang
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanzi山口洋
 • Pinyinshān kǒu yáng
 • Hakkasan khew jong
 • Dayak SalakoSakawokng
 • Jawiكوتا سيڠ كاواڠ
Dari atas, kiri ke kanan: Rumah adat Melayu Singkawang, Masjid di Singkawang, Vihara Tri Dharma Bumi Raya, dan Gereja Katolik Santo Fransiskus Asisi.
Lambang resmi Kota Singkawang
Julukan: 
Bumi Bertuah Gayung bersambut
Motto: 
Bersatu untuk maju
Peta
Peta
Kota Singkawang di Kalimantan
Kota Singkawang
Kota Singkawang
Peta
Kota Singkawang di Indonesia
Kota Singkawang
Kota Singkawang
Kota Singkawang (Indonesia)
Koordinat: 0°54′00″N 108°59′00″E / 0.9°N 108.9833°E / 0.9; 108.9833
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Barat
Tanggal berdiri17 Oktober 2001; 23 tahun lalu (2001-10-17)
Dasar hukumUU RI Nomor 12 Tahun 2001
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 5
  • Kelurahan: 26
Pemerintahan
 • Wali KotaSumastro (Pj.)
 • Wakil Wali Kotalowong
 • Sekretaris DaerahSutiarno (Pj.)
Luas
 • Total504,00 km2 (194,60 sq mi)
Populasi
 (30 Juni 2024)[1]
 • Total247.924
 • Kepadatan490/km2 (1,300/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 53,81% Islam
  • 29,69% Buddha
  • 2,68% Konghucu
  • 0,02% Hindu
  • 0,59% Lainnya[2]
 • BahasaIndonesia, Melayu Singkawang Sambas, Hakka, Dayak, Jawa, Madura
 • IPMKenaikan 72,89 (2022)
Tinggi[3]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
6172 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 562 [4]
Pelat kendaraanKB xxxx C*
Kode Kemendagri61.72 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 918.979.778,415[5](2018)
DAURp 523.133.242.000,- (2020)
Situs websingkawangkota.go.id


Kota Singkawang atau Sakawokng dalam bahasa Dayak Salako atau San-Khew-Jong (bahasa Hakka: 山口洋) adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini terletak di sekitar 145 km sebelah utara dari ibu kota provinsi, Kota Pontianak, dan dikelilingi oleh pegunungan Pasi, Poteng, dan Sakkok. Singkawang berasal dari bahasa Dayak Salako,[6] yang mengacu pada wilayah rawa yang sangat luas. Selain itu, nenek moyang masyarakat Tionghoa Hakka menamai kawasan ini sebagai "San-Khew-Jong" (Gunung-Mulut-Laut), yang artinya "kota yang terletak di kaki gunung dekat laut dan memiliki aliran sungai yang mengalir sampai ke muara sungai".

Kota ini meliputi wilayah seluas 504 km2 dan memiliki populasi 186.462 penduduk pada sensus tahun 2010,[2] dan 241.467 penduduk pada tahun 2022.[7][1]

Singkawang mendapatkan beberapa julukan diantaranya sebagai Kota Amoy, Kota Seribu Kelenteng , dan Kota Toleransi di Indonesia. Menurut data tahun 2014 dari Kementerian Agama, terdapat sekitar 704 kelenteng di Singkawang. Singkawang 3 kali menjadi kota toleransi yang dirilis oleh Setara Institute yakni pada tahun 2018, 2021, dan 2022.[8]

  • Pantai Pasir Panjang
  • Pantai Batu Burung
  • Pantai Batu Payung
  • Pantai Kura-kura
  • Danau Biru
  • Pulau Simping

Asal Usul Singkawang

[sunting | sunting sumber]

Awalnya Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari wilayah kesultanan Sambas, Desa Singkawang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Monterado. Para penambang dan pedagang yang didatangkan langsung oleh Sultan Sambas untuk bekerja di pertambangan emas kebanyakan berasal dari negeri Tiongkok, sebelum mereka menuju ke Monterado terlebih dahulu beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya dan Singkawang juga sebagai tempat transit pengangkutan hasil tambang emas (serbuk emas).

Pada masa itu, penduduk pendalaman Dayak Salako menyebut Singkawang dengan kata "Sakawokng" (Bahasa Dayak Salako), yang artinya Daerah rawa-rawa yang sangat luas dan terletak di pinggir pantai. Dayak Salako merupakan bagian dari prajurit dan intelijen Kesultanan Sambas yang diberikan wilayah teritorial di Binua Saragantung Sakawokng.

Pada dasarnya suku Dayak Salako telah lama mendiami wilayah adat Sakawokng sebelum menjadi wilayah perdagangan yang ramai. Suku Tionghoa Hakka yang berasal dari Tiongkok Selatan yang mayoritas adalah petani, pedagang, dan penambang emas pada saat itu masuk ke wilayah Sakawokng melalui sungai-sungai kecil di wilayah Sado (Sedau). Pada awalnya, wilayah Singkawang masih berupa hutan belantara yang luas serta dipenuhi oleh rawa-rawa. Melihat letak geografisnya, para pendatang Tionghoa Hakka menamai daerah ini dalam bahasa Hakka sebagai "San Khew Jong" (山口洋).

Kata "San" (山) yang artinya Gunung dan Hutan, kata "Khew" (口) yang artinya Mulut Sungai, serta kata "Jong" (洋) yang artinya Laut. Tiga suku kata tersebut sangat menggambarkan letak geografis Singkawang yang dikelilingi oleh gunung-gunung dan berdekatan dengan laut serta memiliki sungai yang mengalir dari hulu hingga hilir dan bermuara di mulut sungai (estuari). Secara kebetulan atau tidak, nama San Khew Jong yang diberikan oleh para pendatang Tionghoa Hakka tersebut memiliki bunyi dan makna yang sama dengan nama Sakawokng yang telah lebih dulu dinamakan oleh para leluhur Dayak Salako. Hal ini menunjukkan adanya interaksi yang terjalin secara baik sejak dahulu kala antara masyarakat Tionghoa Hakka dengan masyarakat adat Dayak Salako Sakawokng terutama dalam hal bahasa dan budaya.[butuh rujukan]

Pembentukan Kota Administratif Singkawang

[sunting | sunting sumber]

Kota Singkawang semula merupakan bagian dan ibu kota dari wilayah Kabupaten Sambas (UU Nomor 27 Tahun 1959) dengan status Kecamatan Singkawang dan pada tahun 1981 kota ini menjadi Kota Administratif Singkawang (PP Nomor 49 Tahun 1981). Tujuan pembentukan Kota Administratif Singkawang adalah untuk meningkatkan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan secara berhasil guna dan berdaya guna dan merupakan sarana utama bagi pembinaan wilayah serta merupakan unsur pendorong yang kuat bagi usaha peningkatan laju pembangunan. Selain pusat pemerintahan Kota Administratif Singkawang ibu kota Sambas juga berkedudukan di Kota Singkawang.

Pembentukan Pemerintah Kota Singkawang

[sunting | sunting sumber]

Kota Singkawang pernah diusulkan menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Singkawang yaitu melalui usul pemekaran Kabupaten Sambas menjadi 3 (tiga) daerah otonom. Namun Kotamadya Daerah Tingkat II Singkawang tidak langsung direalisir oleh Pemerintah Pusat. Saat itu melalui UU Nomor 10 Tahun 1999, hanya pemekaran Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang dari Kabupaten Sambas yang disetujui, sehingga wilayah Kota Administratif Singkawang menjadi bagian dari Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang, sekaligus menetapkan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sambas beribu kota di Sambas.[butuh rujukan]

Kondisi tersebut tidaklah membuat surut masyarakat Singkawang untuk memperjuangkan Singkawang menjadi daerah otonom, aspirasi masyarakat terus berlanjut dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Sambas dan elemen masyarakat seperti: KPS, GPPKS, Kekertis, Gemmas, Tim Sukses, LKMD, para RT serta organisasi lainnya. Melewati jalan panjang melalui penelitian dan pengkajian yang terus dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Barat maupun Tim Pemekaran Kabupaten Sambas yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bersama antara Bupati Sambas dan Bupati Bengkayang No. 257 Tahun 1999 dan No. 1a Tahun 1999, tanggal 28 September 1999, serta pengkajian dari Tim CRAIS, Badan Pertimbangan Otonomi Daerah. Akhirnya Singkawang ditetapkan sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang, dan diresmikan pada tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden Republik Indonesia.

Dengan luas wilayah 504 km², Singkawang terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di antara 0°44’55,85” - 1°01’21,51"LS 108°051’47,6”-109°010’19”BT. Singkawang merupakan kota yang berbatasan dengan Kuching, Malaysia.

Batas Wilayah

[sunting | sunting sumber]

Batas-batas wilayah Kota Singkawang adalah:

Utara Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas
Timur Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang
Selatan Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang
Barat Laut Cina Selatan, Laut Natuna.

Secara umum, wilayah Kota Singkawang beriklim tropis dengan suhu rata-rata berkisar antara 22,8 °C sampai dengan 30,05 °C. Iklim tropis di wilayah Kota Singkawang termasuk klasifikasi iklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2.819 mm/tahun atau 235 mm/bulan. Jumlah rata-rata hari hujan 157 hari/tahun atau rata-rata 13 hari hujan/bulan.

Rata-rata kelembaban udara di kota Singkawang adalah 70%. Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan September sampai dengan Januari dan curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan Agustus. Kota Singkawang memiliki wilayah datar dan sebagian besar merupakan dataran rendah antara 50 meter s/d 100 meter di atas permukaan laut. Kota Singkawang yang terletak pada 0° LS dan 109° BT, wilayahnya merupakan daerah hamparan dan berbukit serta sebelah Barat berada pada pesisir laut.


Data iklim Singkawang, Kalimantan Barat
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 30
(86)
30.3
(86.5)
30.9
(87.6)
31.1
(88)
31.3
(88.3)
31.2
(88.2)
31.2
(88.2)
31.3
(88.3)
31.2
(88.2)
31.1
(88)
30.6
(87.1)
30.1
(86.2)
30.86
(87.55)
Rata-rata harian °C (°F) 26.0
(78.8)
26.5
(79.7)
26.9
(80.4)
27.0
(80.6)
27.5
(81.5)
27.3
(81.1)
26.9
(80.4)
27.0
(80.6)
27.1
(80.8)
27.1
(80.8)
26.7
(80.1)
26.5
(79.7)
26.88
(80.38)
Rata-rata terendah °C (°F) 22.5
(72.5)
23.0
(73.4)
22.9
(73.2)
22.9
(73.2)
23.2
(73.8)
23.1
(73.6)
22.7
(72.9)
22.8
(73)
23.0
(73.4)
23.1
(73.6)
22.9
(73.2)
22.9
(73.2)
22.92
(73.25)
Curah hujan mm (inci) 321
(12.64)
202
(7.95)
194
(7.64)
210
(8.27)
238
(9.37)
199
(7.83)
203
(7.99)
177
(6.97)
231
(9.09)
338
(13.31)
396
(15.59)
405
(15.94)
3.114
(122,59)
Rata-rata hari hujan 13 10 10 11 12 9 9 9 10 15 17 17 142
% kelembapan 87 86 86 87 86 85 83 81 84 87 89 89 85.8
Rata-rata sinar matahari harian 7.8 8.2 8.9 9.0 9.0 9.4 9.5 9.5 9.1 8.5 8.0 7.6 8.71
Sumber #1: BMKG[9]
Sumber #2: Climate-Data.org[10]


Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Wali Kota

[sunting | sunting sumber]
Wali Kota Dari Sampai Wakil Wali Kota Ket.
Sumastro 18 Desember 2022 Petahana Lowong Penjabat

Dewan Perwakilan

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Singkawang dalam tiga periode terakhir.[11][12]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024 2024-2029
PKB 4 Penurunan 3 Kenaikan 5
Gerindra 3 Penurunan 2 Steady 2
PDI-P 6 Penurunan 5 Steady 5
Golkar 2 Steady 2 Kenaikan 3
NasDem 3 Kenaikan 5 Penurunan 3
PKS 2 Kenaikan 4 Steady 4
PPP 2 Penurunan 1 Penurunan 0
PSI (baru) 1 Penurunan 0
PAN 1 Steady 1 Kenaikan 4
Hanura 2 Kenaikan 4 Penurunan 1
Demokrat 3 Penurunan 2 Kenaikan 3
PKPI 2 Penurunan 0
Jumlah Anggota 30 Steady 30 Steady 30
Jumlah Partai 11 Steady 11 Penurunan 9


Kecamatan

[sunting | sunting sumber]

Kota Singkawang terdiri dari 5 kecamatan dan 26 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 232.993 jiwa dengan luas wilayah 504,00 km² dan sebaran penduduk 462 jiwa/km².[13][14] Kota Singkawang memperoleh status kota berdasarkan UU No. 12/2001, tanggal 21 Juni 2001. Berdasarkan Perda Kota Singkawang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Perubahan desa menjadi Kelurahan di Kota Singkawang dan Perda Nomor 2 Tahun 2003 tentang Pembentukan dan Perubahan Nama Kecamatan di Kota Singkawang sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, terdapat 5 (lima) kecamatan dan 26 (dua puluh enam) kelurahan.

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Singkawang, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
61.72.02 Singkawang Barat 4
61.72.05 Singkawang Selatan 4
61.72.01 Singkawang Tengah 6
61.72.03 Singkawang Timur 5
61.72.04 Singkawang Utara 7
TOTAL 26
Masyarakat Singkawang dalam acara ritual Naga Buka Mata
Etnis di Singkawang berdasarkan sensus tahun 2000[15]
Kelompok etnis persen
Tionghoa
  
42%
Melayu
  
30%
Dayak
  
10%
Jawa
  
10%
Madura
  
5%
Lainnya
  
3%

Kota Singkawang merupakan salah satu pecinan terbesar di Indonesia karena dominan penduduknya adalah keturunan Tionghoa Hakka dan sebagian kecil Tionghoa Tio Ciu, dengan total persentase sekitar 42% dan selebihnya adalah orang Melayu Singkawang ( Suku Sambas) (30%), Dayak (10%), Jawa (10%), Madura (5%) dan pendatang lainnya. Populasi penduduknya terus mengalami peningkatan setiap tahun dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 adalah 5,6 persen. Berdasarkan data Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Singkawang pada tahun 2023, tercatat jumlah penduduk sebanyak 242.146 jiwa.[1]

Kesehatan

[sunting | sunting sumber]

Cap Go Meh

[sunting | sunting sumber]
Festival Cap Go Meh Singkawang 2020

Seperti halnya bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia lainnya, perayaan untuk menyambut tahun baru Imlek merupakan tradisi budaya termegah yang selalu dirayakan seluruh lapisan masyarakat Singkawang setiap tahun.

Tahun baru Imlek muncul dari tradisi masyarakat Tiongkok yang dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen dan sekaligus harapan agar musim berikutnya memperoleh hasil yang lebih baik. Imlek selalu dirayakan selama 15 hari berturut-turut dan hari puncak ke-15 disebut dengan Cap Go Meh. Dalam tradisi Tionghoa berarti malam ke-15 yang merupakan puncak perayaan Imlek dan Cap Go Meh dirayakan secara khusus. Kalau mau ditelaah lebih jauh, Cap Go Meh di Indonesia sendiri merupakan perpaduan budaya Tiongkok dan Indonesia, yakni adanya lontong Cap Go Meh. Lontong adalah makanan asli Indonesia, sedangkan Cap Go Meh adalah tradisi yang lahir dari Imlek.[butuh rujukan]

Perdagangan

[sunting | sunting sumber]

Singkawang terkenal sebagai kota perdagangan terbesar kedua di Kalimantan Barat setelah Kota Pontianak. Letaknya di pantai barat sangat strategis, yakni berada di antara kabupaten Sambas dan Bengkayang, sangat menguntungkan Singkawang dalam mengembangkan daerahnya sebagai sentra bisnis dan pemasaran produk dari dan ke wilayah di sekitarnya. Selain juga menampung dan mendistribusikan barang-barang yang tidak diproduksi di Singkawang dan daerah sekitarnya, seperti barang-barang sandang, alat-alat pertanian dan lainnya. Sebagian besar barang yang diperdagangkan merupakan hasil bumi, seperti produk pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan hasil kerajinan atau industri kecil di Singkawang.[butuh rujukan]

Pertanian dan Peternakan

[sunting | sunting sumber]

Singkawang adalah wilayah yang cocok untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura terdapat di Kecamatan Singkawang Selatan, Utara dan Timur. Wilayah itu memiliki potensi yang cukup besar, baik dari segi lahan yang tersedia maupun jenis tanaman yang sesuai untuk dikembangkan. Lahan yang luas dan tanah yang subur serta tenaga kerja 11.829 orang merupakan faktor yang sangat mendukung bagi pengembangan agroindustri.[butuh rujukan]

Tanaman jagung, misalnya, banyak diusahakan di Singkawang Selatan dan Timur. Komoditas ini baru tahun 2001 diusahakan di Singkawang Selatan seluas 10 hektare. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak-sebagian besar untuk ayam ras petelur di Singkawang sangat besar, yakni 100 ton per hari. Singkawang sendiri belum bisa memenuhi kebutuhan pakan ternak tersebut, karena produksi tahun 2001 baru sekitar 20 ton. Hingga kini kebutuhan itu disuplai Kabupaten Bengkayang sebanyak 40 ton dan sisanya dari Semarang, Lampung, bahkan dari China.

Hasil pertanian itu selain dijual dalam bentuk buah segar, juga mulai diolah. Jeruk siam dan nanas, misalnya, dibuat sari jeruk, minuman ringan dan nanas dalam kaleng. Demikian pula pisang, dipasarkan dalam bentuk tepung pisang, pisang selai dan keripik pisang. Usaha industri ini mulai berkembang walau masih dalam skala industri kecil. Industri secara umum banyak terdapat di Singkawang Barat, berupa industri pengolahan bahan makanan dan minuman ringan. Ada juga industri furnitur dari kayu yang bahan baku serta pemasarannya bersifat lokal.

Hasil peternakan, terutama ayam petelur dan babi. Produksi peternakan selain untuk konsumsi sendiri, beberapa peternak besar, terutama telur ayam dan babi, juga dipasarkan ke luar Kota Singkawang. Bahkan telur ayam Singkawang menguasai hampir 95 persen pasar di Kalimantan Barat.

Kota Kembar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 30 Oktober 2023. 
  2. ^ a b "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kota Singkawang". www.sp2010.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-09. Diakses tanggal 16 April 2021. 
  3. ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2021-2022". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 23 April 2023. 
  4. ^ "TELKOM - Informasi Kode Area dan Negara". Archived from the original on 2011-01-01. Diakses tanggal 2018-08-15. 
  5. ^ "APBD Singkawang Capai Rp.918,9 Miliar". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-25. Diakses tanggal 25 Juli 2018. 
  6. ^ Cite journal |title= |url=https://web.archive.org/web/20221130014026/https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/2038 |journal=Kata Ulang Bahasa Dayak Salako
  7. ^ "Kota Singkawang Dalam Angka 2023" (pdf). www.singkawangkota.bps.go.id. hlm. 108. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-11. Diakses tanggal 23 April 2023. 
  8. ^ "Julukan Kota Singkawang". ayobadung.com. Diakses tanggal 2023-10-29. 
  9. ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 80 & 145. Diakses tanggal 24 Oktober 2024. 
  10. ^ "Iklim Singkawang". Climate-Data.org. Diakses tanggal 24 November 2020. 
  11. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Singkawang 2014-2019
  12. ^ "Perolehan Kursi DPRD Kota Singkawang 2019-2024". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-10. Diakses tanggal 2020-05-24. 
  13. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  14. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  15. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. ISBN 9812302123

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]